Selasa, 25 November 2014

Festival Musikalisasi Geguritan Budi Pekerti Provinsi Jatim 2014


“Gusti Illahi”  paring dedalan
“Geguritan” minangka lantaran
Tembang dolanan  kalindhes rodhaning jaman
sabdaning  “Ratu Adil”  berkahing gesang bebrayan

Esensi  Geguritan “Rerasa Nunggal Rasa”
Kedatangan malam  purnama sangat dinantikan, dibawah sinar rembulan anak-anak bersuka cita, riang gembira,  bermain dan berjoget bersama. Tembang dolanan Tekade Dipanah, Lir-ilir, Cublak-cublak Suweng  dan Sluku-sluku Bathok  berkumandhang di halaman rumah dan tanah-tanah lapang tapi semua itu tinggal cerita.
Jaman sudah berubah, permainan  bersifat individu dan tidak lagi mengenal batasan waktu, play station menggantikan kedudukan ibu. Internet menjadi tumpuan sandaran kehidupan, rasa suka, duka, kebencian, amarah bahkan doa  tertuang dalam jejaring social dunia maya melunturkan  tradisi anjangsana.
Apakah ada yang merasa kehilangan ketika rumah-rumah tradisi lenyap dari pandangan penghuninya,  ketika bahasa-bahasa daerah diasingkan dengan penuturnya, bahasa yang syarat dengan makna,dan ajaran budi pekerti.  Apa jawaban kita apabila anak cucu  bertanya tentang warisan budaya nenek moyangnya.
Era modern tampak  menjanjikan namun banyak yang salah menafsirkan, salah menempatkan, salah menggunakan sehingga merugikan diri sendiri, keluarga bahkan bangsa dan negara. Perubahan peradaban sebuah bangsa hendaknya disiapkan kader sejak usia dini.
kegelisahan  awal dari kepedulian namun sebuah permasalahan  harus dicarikan jalan keluar. Hanya  kebersamaan yang mampu menjaga pintu itu dengan selalu taat pada ajaran agama, mengingat pesan  leluhur, patuh dengan orang tua  dan menghormati guru yang bersumber dari rasa  memiliki, menjaga dan melindungi sebagai dharma kepada Yang Maha Kuasa.



Nilai yang terkandung dalam geguritan Rerasa Nunggal Rasa adalah:
v   Mengembalikan tembang dolanan anak dan permainan anak sebagai sarana penanaman nilai sosial pada anak da.am kebersamaan, kerjasama sebagai bentuk tanggungjawab hidup bermasyarakat.
v   Penanaman rasa cintai budaya sendiri yang syarat dengan tata nilai keluhuran budi.
v   Penggunaan  bahasa daerah (Jawa) pada penuturnya dalam bahasa  tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi semata namun bahasa (Jawa) adalah sebuah ajakan, ajaran dan nilai rasa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

 Kang Yanto Myk.,  Kang G. Prawoto, Yu S. Mulyani,
Yu Hindah S., Yu Erlin Mis'idati Kang Slamet, Kang Burhan
Ibu Dra. EndangAgustini, MM  (piala)   


Musikalisasi geguritan tidak meninggalkan aspek dasar sebuah pertunjukan yang bersifat tuntunan, tatanan dan tontonan.
1.      Tuntunan
Sajian isi dari geguritan “Rerasa Nunggal Rasa” mengandung nilai-nilai tuntunan hidup
Dalam watak jati diri bangsa yang berbudi pekerti luhur.
2.      Tatanan
Tatanan nilai dalam geguritan ini adanya rasa ingin mengembalikan tradisi yang sudah mulai luntur dari norma dan etika kehidupan dalam masyarakat.
3.      Tontonan
Bentuk sajian adalah performent art dalam pemetasan baca atau musikalisasi geguritan tanpa meninggalkan  unsur estetika sehingga roh kesenian tetap hidup maka ekspresi penyaji dapat berfungsi sebagai tontonan  yang sifatnya menghibur.

Sabtu, 22 November 2014

Lesehan Emper Mangku Putra



LENTERA CINTA

kejernihan air
mengurai kesejukan
embun mata pagi perempuan
tanpa sepatah kata
bersimpuh
pada tanah, bebatuan dan batin
merindu

bait lentera mensyair kasih
daundaun jatuh tanpa tiupan nada
debu tak memaknai daki
tatkala tayamum menyimpan bersit zaman


Cilegon, 24 Oktober 2014






BOJONEGORO – CILEGON



Rajekwesi

mengirama gendhing

gendhing tayub

pintas jalan
memutar roda
berarah laut
singgahan
jati-jati menanam rindu
sisa-sisa zaman.



roda
roda mengejar buih
ombak sepanjang deandles
memanen penderitaan pribumi.



Pati
mesin
tanpa asap
loket, sederet kedai
jajakan haus dan lapar
penghisap
gantikan kenalpot
gadis jengki melintas
lelehkan mata
mata lelah.



lelap tanpa kata
Jakarta mengeja nama
nama
Serang memanen padi
seruni turunkan kaki
nyiur hijau melambai
lantunkan syair
syair derita kata
bait-bait membaja
luluh
terucap
"katuran rawuh"
ing kota Cilegon.





Cilegon PPAT, 22102014