Selasa, 25 Desember 2012

Ombak Wengi, Ombak Kahuripan

Add

image


















Ombak Wengi

 
Ombak Wengi
BERMULA dari sebuah sentilan, lalu jadilah sebuah bunga rampai puisi. Demikianlah Yusuf Susilo Hartono (YSH), yang dikenal luar sebagai salah satu wartawan senior seni rupa itu melatarbelakangi buku kumpulan puisi jawa, atau geguritan berjudul Ombak Wengi.Antalogi 99 Puisi Jawa (Geguritan) Kontemporer Pilihan 1981-2011.

Syahdan, dia bercerita, pada tahun 90-an ketika mengikuti Kongres Bahasa Indonesia, Profesor Suripan Sadi Hutomo -yang dikenal sebagai HB Jassin Sastra Jawa- mengatakan kepada dirinya, jika dia telah menjadi pengkhianat Sastra Jawa karena telah menyeberang ke Sastra Indonesia, dan mulai emoh menulis Sastra Jawa lagi, "Hanya gara-gara saya harus menyambung nasib bekerja ke Jakarta, dan meninggalkan Bojonegoro sebagai akar Sastra Jawa saya," katanya.

Berangkat dari sentilan itu, YSH yang tidak hanya menulis puisi, tapi juga melukis sketsa, juga melakukan reportase di sejumlah media tentunya dan menjalankan sejumlah organinasi kesenian, akhirnya terus mengasah jiwa sastra Jawanya. "Tidak semua jadi gurit, tapi apapun itu, harus menjadi penanda dalam hidup saya," imbuh dia.

Maka, langkah selanjutnya, setelah mengkurasi sejumlah geguritannya yang membentang dari tahun 1981 hingga 2011, maka lahirlah buku ini. Sejauh mana geguritan YSH memaknai kehidupan metropiltan seperti Jakarta? Sangat berwarna. Atau dalam bahasa Titah Rahayu dari Kalawarti Jaya Baya, menuliskan,"Guritan-guritane YSH ngelengake aku marang lukisan-lukisan sketsane. Spontan, jujur, lugas, open, serta trengginas nangkep moment. Prasaja neng nyeni."

Seberapa spontan, jujur, terbuka, lugas, bersahaja dan mengandung nilai seni dari 99 kumpulan puisi Jawa ini? Tentu sangat gegabah jika langsung mengamini pendapat di atas. Meski yang pasti, menyimak puisi Jawa bukan pekerjaan mudah, menimbang nilai rasanya -jika menilik acuan geografis, Sastra Jawa diasup masyarakat Jawa Tengah dan Timur yang sangat mempunyai perbedaan lebar dalam hal nilai rasa bahasa Jawa.

Tapi apapun itu, buku Ombak Wengi ini telah malih menjadi semacam kazanah kehidupan Indonesia dari kaca mata seorang penyair, pelukis, pewarta, dan organisator yang baik. Sebab di dalamnya berbagai sajak, atau guritnya bernarasi tentang berbagai hal. Dari ihwal hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan negaranya, hingga manusia dengan dirinya sendiri.

Teristimewa untuk ihwal manusia dengan Tuhannya, terlihat jelas pada gurit "Adan", "Angon", "Jejapa", "Kere", "Ombak Wengi", "Rembulan Ing Pucuk Esuk", "Kembang Jatirogo", "Ngilo", dan masih banyak gurit lainnya. Dari sini sangat bisa dibaca jika aku orang pertama adalah sosok yang religius. Karena hampir semua perkara senantiasa YSH membawa-bawa Gusti Allah dalam guritnya.

Meski dalam beberapa hal, YSH langsung memilih posisi bersemuka dengan pembuat kebijakan negeri ini. Seperti terlihat di gurit berjudul "Jula-Juli Monas", "Jare Demokrasi", "Gendera Mung Bisa Dedonga", "Indonesia Sia-Sia", "Ndonyane Iklan" dan beberapa lainnya. Atau simaklah sebentar pada gurit berjudul "Bangsa Apa Iki"? YSH pada bait terakhirnya itu, dia menuliskan: //Bangsa apa awake dhewe iki/ Maling pada ngganggi dasi lan lenga wangi luar neger/Angka-angka ing layar komputer departemen/ munyer seser jungkir walik kaya dene akrobat/ Dadi angka-angka sekongkol miliaran lan triliunan/ banjur wong0wing padha wijik sikil lan tangan/ Mbuwang saben awu iblis lan setan/ Banjur sajadah digelar. Allahu AKbar/ Gusti Allah Nyuwun Ngapura!//.

Demikianlah YSH yang pada tahun 84-an bersama Arswendo Atmowiloto dan George Quin (Ahli Sastra Jawa dari Australia) pernah "menghidupkan" Sastra Jawa via bendera Sanggar Sastra "Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB)" mengguritkan perasaannya. Menyaksikan Indonesia, juga kehidupan dan Tuhan dari kaca mata kesenian dan kewartawanannya. Tercatat sampai saat ini, setelah bekerja di berbagai media cetak, YSH sekarang menjabat sebagai Pemred majalah Visual Art.
=========================
Judul buku : Ombak Wengi.Antalogi 99 Puisi Jawa (Geguritan) Kontemporer Pilihan 1981-2011.
Penulis : Yusuf Susilo Hartono.
Penerbit: Elmatera.
Cetakan: I, Oktober 2011
Tebal buku : VII - 114 halaman.
(Benny Benke/CN15)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar