Sabtu, 15 Desember 2012

PSJB Ultah ke 30


Ultah ke 30, Pamarsudi Sastra Jawa Butuh Regenerasi 
 
















Reporter : Tulus Adarrma

Bojonegoro (beritajatim.com) -- Jarak rumah yang rindang dengan pohon dan burung yang banyak berkicau didepan rumah milik JFX Hoery yang akrab dipanggil Rama Hoery, di Jalan Diponegoro 59 B Padangan Bojonegoro harus ditempuh sekitar 1 jam perjalanan jika lalu lintas normal, namun karena banyak truk proyek yang hilir mudik sehingga harus molor hingga 1,5 jam dari Kota Bojonegoro.

Namun setelah sampai, panas penat perjalanan serasa luntur karena terdengar merdu suara siter yang dimainkan oleh Ny Rukini, Menyambut tamu yang datang dalam acara ulang tahun Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) ke 30, Minggu (01/07/2012)

Upacara dilakukan dengan model sangat sederhana, yakni duduk lesehan dibawah pohon yang rindang di depan rumah. Namun karena berkumpul para sastrawan jawa dan indonesia sehingga menjadi sangat meriah.

Apalagi dihiasi dengan pembacaan geguritan (puisi), diiringi musik solo siter menambah khas tentang kesederhanaan yang guyup rukun. Selain hanya berkumpul dan hajatan, mereka para sastrawa ini juga berdiskusi tentang proses mereka dan karya-karya mereka.

Rama Hoery, sebagai Ketua PSJB mengatakan, jika setelah PSJB ini masuk diusia yang ke 30, diharapkan anggotanya yang kini sudah mencapai sekitar 30an orang itu bisa lebih produktif. "Dengan gotong royong untuk menerbetkan buku sendiri.
Setiap tahun harapanya bisa produktif, agar bisa diaplaksikan di kongres sastra jawa," harapnya, Minggu (01/07/2012).

Seperti karya kumpulan cerkak milik Sri Setya Rahayu, Rembulane wis Ndhadhari, kumpulan dari 30 cerkak yang bercerita tentang sebuah perjalanan. "Ini diharapkan juga menjadi semangat untuk para generasi muda untuk mempelajari sastra jawa. Sehingga ada regenerasi baru," lanjut Rama Hoery yang juga sebagai jurnalis senior jawa itu.

Sebab dalam pelestarian sastra jawa ini, katanya, sudah waktunya untuk regenerasi, kepada yang muda-muda. Sementara melihat trend anak muda saat ini lebih sedikit yang melirik sastra jawa dibanding dengan sastra indonesia. "Sebenarnya bahasa jawa menjadi pakar budaya nasional, sehingga harus mempelari sastra jawa yang dari leluhur,"pungkasnya. [uuk/ted]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar