“Gusti
Illahi” paring dedalan
“Geguritan”
minangka lantaran
Tembang
dolanan kalindhes rodhaning jaman
sabdaning “Ratu Adil”
berkahing gesang bebrayan
Esensi Geguritan “Rerasa Nunggal Rasa”
Kedatangan malam
purnama sangat dinantikan, dibawah sinar rembulan anak-anak bersuka
cita, riang gembira, bermain dan
berjoget bersama. Tembang
dolanan Tekade Dipanah, Lir-ilir, Cublak-cublak Suweng dan Sluku-sluku Bathok berkumandhang di halaman rumah dan
tanah-tanah lapang tapi semua itu tinggal cerita.
Jaman sudah berubah, permainan
bersifat individu dan tidak lagi mengenal batasan waktu, play station
menggantikan kedudukan ibu. Internet menjadi tumpuan sandaran kehidupan, rasa
suka, duka, kebencian, amarah bahkan doa
tertuang dalam jejaring social dunia maya melunturkan tradisi anjangsana.
Apakah ada yang merasa kehilangan ketika rumah-rumah tradisi lenyap
dari pandangan penghuninya, ketika
bahasa-bahasa daerah diasingkan dengan penuturnya, bahasa yang syarat dengan
makna,dan ajaran budi pekerti. Apa
jawaban kita apabila anak cucu bertanya
tentang warisan budaya nenek moyangnya.
Era modern tampak menjanjikan
namun banyak yang salah menafsirkan, salah menempatkan, salah menggunakan
sehingga merugikan diri sendiri, keluarga bahkan bangsa dan negara. Perubahan
peradaban sebuah bangsa hendaknya disiapkan kader sejak usia dini.
kegelisahan awal dari
kepedulian namun sebuah permasalahan
harus dicarikan jalan keluar. Hanya
kebersamaan yang mampu menjaga pintu itu dengan selalu taat pada ajaran
agama, mengingat pesan leluhur, patuh
dengan orang tua dan menghormati guru
yang bersumber dari rasa memiliki, menjaga
dan melindungi sebagai dharma kepada Yang Maha Kuasa.
Nilai yang terkandung dalam geguritan Rerasa Nunggal Rasa adalah:
v
Mengembalikan tembang dolanan anak dan permainan anak sebagai sarana
penanaman nilai sosial pada anak da.am kebersamaan, kerjasama sebagai bentuk
tanggungjawab hidup bermasyarakat.
v
Penanaman rasa cintai budaya sendiri yang syarat dengan tata nilai
keluhuran budi.
v
Penggunaan bahasa daerah (Jawa)
pada penuturnya dalam bahasa tidak hanya
berfungsi sebagai alat komunikasi semata namun bahasa (Jawa) adalah sebuah
ajakan, ajaran dan nilai rasa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Kang Yanto Myk., Kang G. Prawoto, Yu S. Mulyani, Yu Hindah S., Yu Erlin Mis'idati Kang Slamet, Kang Burhan |
Ibu Dra. EndangAgustini, MM (piala) |
Musikalisasi geguritan tidak meninggalkan aspek
dasar sebuah pertunjukan yang bersifat tuntunan, tatanan dan tontonan.
1.
Tuntunan
Sajian isi dari geguritan “Rerasa Nunggal Rasa” mengandung nilai-nilai tuntunan hidup
Dalam watak jati diri bangsa yang berbudi pekerti
luhur.
2.
Tatanan
Tatanan nilai dalam geguritan ini adanya rasa ingin
mengembalikan tradisi yang sudah mulai luntur dari norma dan etika kehidupan
dalam masyarakat.
3.
Tontonan
Bentuk sajian adalah performent art dalam pemetasan
baca atau musikalisasi geguritan tanpa meninggalkan unsur estetika sehingga roh kesenian tetap
hidup maka ekspresi penyaji dapat berfungsi sebagai tontonan yang sifatnya menghibur.