Rabu, 01 Oktober 2014

"Purnama Sastra" Bojonegoro Jilid 01

Ada Malam Purnama Sastra Bojonegoro

Reporter: Riska Irdiana

blokBojonegoro.com -
Para seniman dan budayawan Bojonegoro akan menggelar malam "Purnama Sastra Bojonegoro" pada malam bulan purnama di Perumahan Kalijaga Jalan Sunan Kalijaga nomor 6 Bojonegoro.

Dalam acara ini nantinya, para seniman dan budayawan Bojonegoro akan menunjukkan kebolehan mereka dalam karya satra. Mulai dari puisi, cerita maupun karya sastra lainnya.

"Acara ini dikemas diskusi santai dengan para sastrawan, seniman maupun budayawan Bojonegoro," kata Penulis novel asli Bojonegoro, Yonathan.

Diadakannya acara ini adalah untuk menggairahkan kembali budayawan dan seniman untuk bekerjasama membangun Bojonegoro dalam menghadapi tantangan kedepan. Sehingga ada keseimbangan dan harmoni budaya di Bojonegoro untuk dilestarikan.

"Sebenarnya Bojonegoro memiliki potensi, tetapi para pelakunya tidak mampu memanfaatkan hal itu," imbuhnya.

Kedepan pihaknya berharap agar budaya dan seni yang ada di Bojonegoro dapat dikembangkan. Selain itu, adanya Dewan Kebudayaan Bojonegoro (DKB) lebih dimaksimalkan. Sehingga mampu menggairahkan dan mengembangkan seni dan budaya yang ada di kota ledre ini. [ana]

sastra-bojonegoro



Lain lagi dengan Purnama Sastra Bojonegoro, pertemuan seni budaya bulanan saat malam bulan purnama di Bojonegoro. Ide ini datang dari Mas Anas Ag. Acara. Diungkap Anas kepadaku pada Hari Ulang Tahun Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro. Diungkap juga oleh Pak Jfx Hoeri demikian juga Gampang Prawoto, Agus Sighro Budiono. Pendeknya mereka saling siap untuk acara itu. Anas sendiri mengatakan kepadaku setelah aku baca geguritan di HUT PSJB itu. Pembacaan pusiku enak, dan itu menurutnya bagus bila bersama kawan-kawan setiap bulan membaca puisi pada tempat-tempat di Bojonegoro secara berkeliling. Sebulan skali. Misalnya pas malam bulan purnama. Ya ya ya. aku menangkap gagasan bagus sebagaimana sudah dilakukan oleh banyak kawan di kota-kota lain. Itu saja. Dan yang penting harus segera dimulai. Kalau tidak gagasan hanya tinggal gagasan. Dan yang kulihat dengan pasti, ini gagasan bersama, maka pelaksanaannya harus bersama-sama pula. Setiap orang yang sudah melemparkan ide ide, atau mendukung atau merespon, semua adalah pemilik acara ini. Ini bukan acara lembaga bentukan pemerintah yang menunggu tunjuk jari kepala daerah, atau kucuran dana dari atas. Ini bukan acara yang akan terbentur masalah program pemerintah, yang sering membuat orang menjadi sok penting dan memikirkan waktu dan ruang dan uang guna jalannya program, hingga lupa bahwa waktu terus berjalan. Waktu terus berganti, kalau tidak segera dimulai, kapan lagi? Keburu kiamat! Maka harus segera dimulai, dan siapapun yang sudah setuju dengan acara ini pasti akan mau sumbang pikiran, tenaga, waktu, harta, uang atau tempat! Itu yang kulihat. Baik, aku menyumbang waktu untuk mematangkan konsep acara perdana, kertas undangan, sekaligus mengantarnya. Gampang Prawoto menyumbang poster atau undangan. Anas menyumbang tempat dan konsumsi. Burhanudin Joe menyumbang panggung, teater Awu dan keahlian MC. Teman-teman Anas di Komunitas Suket menyumbang tenaga. Teman-teman lain Prawoto, Agus Sighro Budiono Kedua, Herry Abdi Gusti menyumbang dukungan dan ide. Mereka semua dan teman-teman yang lain yang mungkin tak dapat disebutkan di sini semua menyumbang waktu, kehadiran pada acara dan tampil di panggung! Membaca puisi, musik, pentas teater, lagu, kesan dan promosi, dan motivasi ... Apapun lah ... Hingga akhirnya... acara berlangsung hebat pada malam perdana Purnama Sastra Bojonegoro itu di rumah Anas AG. Acara selesai, semua pulang, siapa yang nyumbang bersih-bersih. Pasti ada. Pasti ada. Juga ada yang nyumbang foto-foto acara demi acara. Itu yang kutunggu beberapa hari. Akhirnya ada: foto-foto di-upload oleh Mas Herry Guru! Klop dah! Semua sudah nyumbang peran. Demikian juga untuk acara Purnama Sastra ke dua, Mas Nono Warnono siap nyumbang tempat dan akomodasi pada Purnama Sastra bulan Oktober. Mas Burhanudin Joe bulan Nopember. Mas Agus Sighro bulan Desember. Semua nyumbang. Tanpa perhitungan macam-macam. Semua nyumbang, karena ini semua acara mereka semua ... Acara bersama. Mau apalagi, tinggal kesiapan mental bila langkah-langkah menelikung yang lazim dan kutemui di jagad pelaku sastra seni budaya muncul. Teman-teman di atas sudah rasan-rasan dan tahu betul hal ini. Kurasa mereka juga sudah siap kuda-kudanya. Hanya aku sendiri berharap, jangan sampai aku menjadi penelikung seperti itu. Tolok ukurnya jelas, langkah menelikung biasanya terkait tahta, harta dan wanita. Aku tahu betul hal ini, makanya tempo hari kutulis Kisah Pembaca Puisi Menghadapi Rimbanya.
   Diutarakannya kepada Pak Jfx Hoeri di warung sego kucing jomplangan rel sepur TPK (Tempat Penggergajian Kayu) Bojonegoro. Pak Hoery mendukung dan di kemudian hari memberi nama Purnama Sastra Bojonegoro yang kemudian dipakai dari banyak alternatif nama a






Tidak ada komentar:

Posting Komentar