Sastra Bojonegoro
TITIE SAID
11
Juli 1935, Sitti Raya Kusuwardani lahir di Desa Kauman, Bojonegoro,
Jawa Timur, Indonesia, dari pasangan ayah Mohammad Said dan ibu Suwanti
Hastuti, namun kuduanya bercerai semenjak Titie Said masih kecil.
Sejak dibangku sekolah dasar Gemar menulis. dia dijuluki pelamun kecil.
Bakat menulisnya sudah muncul saat duduk di bangku SMP
dengan menulis cerpen. Ketika remaja ia telah menulis puisi dengan nama
Titie Raya.
Dia menyelesaikan SMA di Malang, Jawa Timur
Tahun 1959, Titie Lulus sarjana muda Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Tahun 1962, Titie menghasilkan karya tulis Perjuangan dan Hati Perempuan kumpulan cerita pendeknya.
Tahun 1965, Titie setelah menikah dengan H. Sadikun
Sugihwaras seorang anggota polisi, sehingga harus ikut suami pindah ke
Bali. Di sana dia aktif di masyarakat dan pernah menjadi anggota DPRD
provinsi Bali.
Menikah, dikaruniai dua putri dan tiga putra yang
semuanya telah berumah tangga. Dari lima anaknya, masing-masing yang
tertua berprofesi sebagai pebisnis (lulusan ITB), kedua lulusan ITB,
sekarang di Bappenas, ketiga di perminyakan, sekarang di Kuwait, keempat
di Amerika, bekerja di perminyakan, dan anak bungsunya bekerja di Bank
Mandiri.dandari anaak-anaknya memberikannya 10 cucu.
Tahun 1973, Titie ke Jakarta dan tinggal bersama lima
anaknya, ditahun inilah awal kegiatannya dalam perfilman sejak novel
pertamanya difilmkan.
Tahun 1977, Jangan Ambil Nyawaku. adalah Novelnya best
seller pada zamannya. Novel yang bercerita tentang seorang yang
terserang penyakit kanker, Novelnya itu dikerjakannya setelah melakukan
wawancara dengan puluhan dokter.
Tahun 1979 dengan Lembah Duka diangkat ke layar lebar.
Bersama tiga penulis wanita lainnya, Titie Said menghimpun cerita
pendeknya dalam buku Empat Wajah Wanita (1979).
Tahun 1980, Titie sebagai Wartawati/kolumnis dan
kritikus film, awalnya Managing Editor pada Majalah Kartini. lalu
menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Family.
Tahun 1980, Titie menghasilkan karya tulis Bukan Sandiwara. Karya novelnya tersebut diangkat ke layar lebar
Tahun 1981, Titie menghasilkan karya tulis Jangan Ambil Nyawaku, Karya tersebut diangkat ke layar lebar.
Tahun 1983, Titie menghasilkan karya tulis Budak
Nafsu/Fatima serta Ke Ujung Dunia. Karya novelnya ini dua-duanya juga
diangkat ke layar lebar.
Tahun 1984, menjadi anggota Dewan Juri Kritik Film pada FFI.
Tahun 1987, Titie menghasilkan karya tulis Selamat Tinggal Jeanette. Novel ini juga tersebut diangkat ke layar lebar
Tahun 1990, Titie menghasilkan karya tulis Perasaan Perempuan. Novel ini juga tersebut diangkat ke layar lebar
Tahun 1997, anggota Dewan Juri Sinetron Cerita pada FSI.
Tahun 2003-2006 dan 2006-2009, selama dua periode Titie
Said juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Sensor Film. Dengan posisi
sebagai ketua LSF, sering diundang sebagai pembicara di seminar-seminar
dalam dan luar negeri, terakhir di Perth, Australia. Wajahnya senantiasa
muncul ketika sebuah film yang telah beredar memicu kontroversi dalam
masyarakat.
Tahun 2009 hingga meninggal, Titie masih tercatat sebagai anggota Lembaga Sensor Film.
Tahun 2008, Reinkarnasi; Fatima; Ke Ujung Dunia dan Prahara Cinta.
9 Oktober 2011, dirawat di RS Medistra Jakarta, karena menderita stroke.
Senin, 24 Oktober 2011, pukul 18. 45 wib, pada usia 76 tahun, Titie Said meninggal dunia.
Titie Said adalah penulis senior hingga tahun 2008 telah
menulis 25 Novel, Cerpen dan Essei. Karya Tulis-karya Tulis Titie Said
yanglain Pengakuan Tengah Malam; Biografi Lenny Marlina; Biografi R.
Soeprapto Bag I. Reinkarnasi, Ke Ujung Dunia, Perasaan Perempuan,
Tembang Pengantin, Lembah Duka, Selamat Tinggal Jeanette, Dr Dewayani,
Putri Bulan, .Bidadari. menulis buku Prahara Cinta.
Organisasi-organisasi yang pernah digelutinya antara lain; KOWANI,
Kosgoro, Himpunan Pengarang Aksara, Wanita Penulis Indonesia dan PKK
pusat.=S1Wh0T0=
sastra-bojonegoro,blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar