//http://sastra.bojonegoro.blogspot.com/
ZAMAN WIS ORA EDAN
Bojonegoro Amsterdam
Boston dan Newyork
jaraknya hanya berbilang
kilo meter atau miles
Hanya berbilang jam,
tidak perlu hari
Aku berisrok mi’roj,
mengambil jarak dengan negeriku
aku menemukan hidup itu pada dasarnya sulit,
Di negeriku kesadarannya hidup itu mudah,
yang sulit itu kini jadi mudah
sementara yang mudah itu jadi sulit
Geliat belajarnya sama,
hanya di sana semangatnya
memahami dan meraih masa depan,
Sementara
di sini
lebih banyak ngrasani
dan menoleh masa lalu
Zaman ini,
bukan zaman edan
yang salah sudah banyak dikalahkan
yang bodoh sudah tertinggal
yang culas semakin memelas
Zaman ini,
bukan zaman edan
yang unggul akan mujur
kesungguhan menjadi kekuatan
zaman ini bukan zaman edan.
Bojonegoro, 09 April 2010
MEMBIARKAN ZAMAN BERLALU
Ada apa denganmu
Lihatlah rerumputan itu menengadah segar
Bunga-bunga harum semerbak mewangi
Hari ini udara sejuk,
Semalam embun berhembus deras
Tetesan embun masih bergelantungan di daun
daun sepanjang jalan yang kita lalui
Ada apa denganmu
Tidakkah engkau melewati mobil berderu mengejar waktu
Para pedagang bergegas semangat menuju keberuntungannya
Meski tanpa alas kaki petani giat bercocok di ladang harapannya
Anak anak itu mendaki hidup dengan penuh kekuatannya
Ada apa denganmu
Engkau biarkan dirimu tetap terlelap dalam selimut tebalmu
Apakah jubah baru reformasi tak cukup menghangatkan tubuhmu semalam
Apakah mimpi mimpimu semalam tak seirama dengan ayunan waktu
Engkau memang telah berteriak, sayang hanya lantang didengar
Tak ada kata yang engkau ucapkan
Tak ada melodi indah mengikuti irama zaman
Apakah engkau yakin mampu menggenggam dunia
Padahal tak ada kekuatan bersamamu
Kang Yoto, 19 April 2010
RIAK ATAU GELOMBANG
Nun jauh di sana ada riak dan gelombang
Di sekitar ini ada bisikan dan teriakan
Ada yang tersembunyi, disembunyikan dan dinampakkan
Tidak semua eseman itu senyum, tidak semua teriakan itu marah
Tidak semua jubah itu suci
Tidak semua penguasa itu kuasa
Harusnya tampak jelas mana riak, gelombang dan sumber kekuatan
Antara pusaran dan resonansi, batang, dahan, ranting dan akar
Dalam hening sensor ketuhanan yang tulus berbeda dengan akal bulus
Dalam akal sehat antara yang manifes dan laten menjadi benderang
Dalam air panas akan jelas itu teh beneran atau bukan
Dalam gesekan loyang dan emas membedakan dirinya
Tapi…
Walau semua dapat dibedakan tetap tak harus dikatakan
Cukuplah buat diri dan strategi.
Kang Yoyo, 29 April 2010
JOURNAL KEBANGKITAN
Tahun 1908
Aku tidak mendengarnya
Tapi saat itulah bangsaku
Menyatakan musuh dan dirinya
Saat bumi berpijak
Ditegaskan 1928
Aku hanya membaca saat
Satu nusa
Satu bangsa dan
Bahasa dinyatakan
Gelegar semangatnya sayup terdengar
Hingga kini
Bangsaku jelas sudah
Siapa dirinya
Tahun 45
Bangsaku belajar berdiri
Bergaul dan bergandeng renteng
Mengurus periuknya
Tahun tahun berjalan
Dan periuk tidak pernah roboh
Bangsaku bersolek,
Mencoba terbang 1998
Bangsaku adalah massa
Dalam pancaroba mencoba
Menemukan hakekat kuasa 2008
Bangsaku adalah hukum,
Moral dan norma
Massa tak lagi kuasa
Kolusi dan nepotisme tak lagi digdaya
Ilmu adalah pelita
Kesejahteraan panglima
Di depan martabat amarah bersimpuh,
Angkara murka tak lagi berbisa
Bangkitlah bangsaku
Dalam jiwa,
Raga dan asa
Kang Yoto, 3 Mei 2010
KARTINI KARTINI DALAM HIDUPKU
Tak terbilang berapa gunung yang kudaki
Berapa kota yang aku jelajahi
Ribuan lorong telah aku masuki
Jutaan kilometer jalan aku lalui
Dalam terang, gelap dan temaram suasana aku sudah biasa
Manis, onak dan duri pergaulan menu biasa buat hidupku
Aku bermimpi, berlari, terjatuh dan bangun lagi
Dalam terminal aku rehat, aku tahu bagaimana aku menjadi,
aku punya kartini yang lahir tidak hanya di Pati
Di desa, kota, di kantor dan sekolah ada kartini,
Bahkan di warung, di dapur, di ruang makan kartini kartini berkarya
Kepada tiga kartini aku berterimakasih
Baengah nama ibuku, Aisyiah ibu mertuaku, Mahfudhoh istriku
Ibuku buta bahasa indonesia dan aksara
Hanya mengaji Quran yang ia bisa
Tapi ia lautan, energi, taman yang indah tempat aku berdamai,
Ia fakultas kehidupan yang selalu mencerahkan!
Aku punya kesempatan pergi kemanapun, menjadi apapun,
berkarya kemanusiaan karena kebesaran Istriku, ibu dari anak anakku
Dan embun sejuk yang selalu ditiupkan ibu mertuaku
Selamat datang kartini baru, energi setiap hati.
Kang Yoto, 21 April 2010
Bangsaku Di Antara Mimpiku
Aku hanya bisa bergerak pelan
Tubuhku terikat erat
Duniaku sangat nyaman, aku dalam rahim ibuku
Aku tak punya mimpi
Aku terlahir, belajar bergerak,
berpikir dan bergaul
Aku mulai terjaga
Duniaku luasnya mulai terukur
Mimpiku menapak langit ke tujuh
Dunia harus aku genggam
Otot, akal dan amarahku menyala
Aku terhenyak saat tahu tanganku tak sepanjang mimpiku
Sejarah bangsaku mengajari kearifan
Perjalananku mengajarkan keterbatasan
Aku semakin rajin merangkul saudaraku
Pemandangan mataku penuh warna warni,
suku,ras, bahasa dan potensi
Indonesiaku semakin jelas
Masalah, tantangan dan keterbatasan semakin nyata
Meski mimpiku tetap di langit ke tujuh
Tetapi kakiku di sini
Di bumi ini
Sayapku mengepak panjang
Aku telah memulai
Dari sini, kini, dan bukan kapan lagi
Aku tidak sendiri
Aku bersama kalian semua.
Kang Yoto, 04 Mei 2010
a //http://sastra.bojonegoro.blogspot.com/ ">href="http://sastra.bojonegoro.blogspot.com/">//http://sastra.bojonegoro.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar